Cerpen bertema percintaan
Secarik Kertas di Buku
Matematika
Oleh : Hanum Yuniati.
Oh baby I’ll take you to the sky
Forever you and I, you and I, you
and I
And we’ll be together till we die
Our love will last forever and
forever you’ll be mine
Itulah
uplikan lirik lagu pengiring iklan We Chat yang dinyanyian oleh Petra
Sihombing. Iklan yang diperankan oleh Boy William di televisi itu membawaku ke
masa tiga tahun yang lalu. Wajah artis itu benar benar mirip seseorang yang
pernah mengisi hatiku.
Bermula
saat aku dan seseorang itu dalam satu kelas bernama 7E. Aku tak tahu persis
kapan perasaan aneh ini bersemayam dalam diriku.
Setelah
bel berbunyi, kami semua menuju laboratorium komputer. Pak Guru menyuruh kita
duduk, masing masing komputer digunakan dua orang sesuai nomor absen. Aku duduk
bersama pemilik nomor absen 16. Karena kekurangan kursi, kami pun berbagi
kursi.
Aku
merasa aneh, nafasku memburu, dan sepertinya aku dapat mendengar detak
jantungku sendiri. Tanganku begetar. Sehingga aku tak dapat memencet tombol di
keyboard dengan lancar. Ya Tuhan kenapa aku gugup. Aku harap dia tak
mengetahuiku seperti ini. Dengan keras aku melawan rasa tak karuan itu.
Saat
membuat kliping TIK di rumahnya, aku masih merasakan hal yang sama. Aku tak
sanggup melihat lama lama pemilik mata indah itu. Karena bisa bisa aku ketahuan
karena membayangkan dia dan aku dalam dunia mimpi yang aku ciptakan sendiri.
Aku, Farah, Laras, Rita, Kiki, dan tentunya Andy mulai bekerja menyelesaikan tugas
membuat kliping TIK. Kami tak lupa saling bertukar nomor ponsel. Sungguh
senangnya aku.
Tersisa
aku sendiri duduk di pinggir gapura, Kiki keluar disusul Andy. Lalu Andy menghampiriku dan menyandarkan sepeda onthelnya.
“Hei,
kamu pulangnya gimana?” tanyanya.
“Aku
nanti dijemput kok”
“Oh ya
udah. Ati ati ya?”
“Eh,
kamu mau ke mana?”
“Pit
pitan ( jalan jalan naik sepeda onthel ) dong! Duluan ya?”
Aku
masih memperhatikan dia dari kejauhan sampai sosoknya menghilang di pertigaan
jalan. Tak berapa lama Ayah datang menjemputku.
Hari di
mana pelajaran olahraga berlangsung adalah saat yang cukup emosional. Aku
lumayan anti bola voli. Satu satunya olahraga yang aku minati adalah bulu
tangkis. Tapi seperti yang pepatah bahasa Jawa katakan. Bahwa ‘gething kuwi
nyandhing’. Salah satu dari sedikit hal yang kusukai dari voli adalah melihat
pujaan hatiku bermain voli. Maklum dia berasal dari Desa Pulutan yang terkenal
dengan prestasi volinya. Dia termasuk bertubuh tingggi untuk ukuran anak SMP.
Bahkan teman teman sekelasku menyebutnya ‘genter’.
Tiba
tiba sebuah bola melayang ke wajahku. Tapi sempat kusadar, sebelum bola itu
mengenai wajahku aku sudah menghalaunya. Sehingga hanya dahiku yang sakit.
“Kamu
gak papa? Yang mana yang sakit?” tanya Andy sambil disambut koor dari teman
taman ‘cieee’.
“Gak
gak papa kok” jawabku dengan menahan sakit di dahiku sekaligus senang bercampur
rasa gugup.
“Bener
lho? Sorry tadi aku gak tahu kamu di situ. Sorry ya. Jangan nangis lho” mukanya
begitu cemas kalau aku nanti menangis.
“Hei,
kalau kamu yang menyemash hatiku, aku gak akan menangis kok” batinku. Justru
rasa sakit dari smashmu itu adalah kenangan yang manis bagiku.
Suatu
hari saat murid kelas 9 melakukan Uji Coba UN.
“Hai kamu masuk sekolah gak?”
tanyaku melalui SMS ke nomor ponsel Andy. Karena tak dibalas aku berangkat ke
sekolah. Tapi tidak ada murid kelas 7 maupun 8 yang masuk sekolah. Lalu aku
memutuskan untuk kembali lagi ke rumah karena kecele.
Sampai di rumah, kulihat ponselku
berdering.
“Tidak” balasan SMS dari Andy membuatku ingin menertawaiku. Lalu aku menceritakan cerita konyolku tadi ke Andy. Kami saling berbalas SMS sejak saat itu. Aku pikir dia baik.
Aku membayangkan bahwa aku adalah
Rose dan Andy adalah Jack di film Titanic. Ha ha.
Di ekstrakurikuler Paduan Suara,
aku tak sengaja nguping pembicaraannya Lala dan teman teman dari kelas 7D.
Ternyata Lala sudah lama dekat dengan Andy. Dan aku semakin penasaran, mereka
itu dekat sebagai sahabat atau pacar. Kutunda rasa kecewaku. Karena belum tentu
mereka saling suka.
Esoknya, pelajaran berlangsung
lancar. Hingga keramaian khas kelas 7E pun dimulai. Aku sudah terbiasa
menyendiri kecuali ada orang yang benar benar nyambung denganku. Di papan tulis
tercantum nama Andy dan Lala yang di tengahnya terdapat tanda hati. Jantungku
berdegup dengan kencang. Seiring teman teman mulai menjodoh jodohkan Andy dan
Lala.Andy terlihat merah pipinya, lalu dia menghapus tulisan itu, dan pura
pura tidak suka.
Hari selanjutnya, kami berkumpul
di teras kelas. Membicarakan hal sehari hari. Entah bagaimana awalnya, Ambar menjodoh
jodohkan Andy dengan aku. Aku bahagia dan pura pura cuek. Aku melihat ke arah
Andy, tapi dia langsung pergi. Dia terlihat tidak suka.
Saat
pelajaran Matematika, Ana meminjam buku catatan Matematikaku.
“Hani,
aku nanti juga mau pinjam ya?” tanya Andy yang kujawab ‘ya’.
Kusuka
dirimu mungkin aku sayang, namun apakah mungkin kau menjadi milikku.
Kau
pernah menjadi, menjadi miliknya, namun salahkah aku bila kupendam rasa ini.
Begitulah
perasaanku saat itu, seperti cerita di salah satu lagunya Vierra. Aku ingin
tetap menyembunyikan rasa itu karena dia sudah ada yang memiliki. Apakah aku
harus mengatakan ke dia : Oke, kita berteman saja Ris. Kalau Lala sebagai
pacarmu, aku masih berharap aku menjadi sahabatmu. Tapi apa mungkin?
Hari
selanjutnya, Ana mengembalikan buku catatan Matematikaku. Ada secarik kertas
terselip di situ. Kupikir itu hanya coret coretan matematika saja. Setelah
kubuka, aku tak percaya. Kubaca sekali lagi.
Num,
kamu jangan mengejar aku lagi. Aku sayangnya cuma sama Lala. Aku tidak suka
itu. Jangan berharap kepadaku. Jangan menyukaiku. Karena aku benci kamu. Aku
membencimu.
Begitulah
isinya. Surat itu tak bernama. Mungkinkah ini dari Andy? Aku tak ingin sakit
hati. Namun panah itu meretakkan hatiku secara perlahan. Sekarang aku remuk.
Tak kusangka orang yang kusukai membenciku dengan cara yang seperti ini. Aku
ingin menangis saja. Tapi aku tahan.
Pelajaran
berlangsung membosankan, karena pikiranku melayang ke mana mana. Andy masih
seperti biasanya. Dia balik menatapku dan tersenyum simpul. Mungkinkah Andy yang menulis surat itu?
Lala
memang cantik dan mempesona. Mereka adalah pasangan yang cocok. Harus kuakui
itu. Kini aku bagaikan Nirina Zubir di film Heart. Rasanya ‘mak jleb’.
Kucoba
tuk menjadi orang paling ceria di dunia. Tapi justru dia datang menghantuiku di
saat aku ingin melupakannya.
Ris,
apa aku salah menyukaimu? Kenapa kamu membenciku? Hanya karena itukah?
Di kelas 8 kami tidak sekelas,
rasa itu sudah mulai pudar. Aku tak tahu apakah sekarang Andy dan Lala masih
bersama. Aku sudah tak peduli
Di
kelas 9 kami sekelas lagi. Aku tidak terlalu mengharapkannya lagi. Tapi, kami
sering berdiskusi tentang latihan soal dan materi UN. Aku ingin menghindar.
Karena aku takut rasa yang dulu pernah kukubur paksa harus bangkit kembali di
saat aku harus mempersiapkan untuk UN.
Kembali
ke diriku yang sekarang, kupikir kisahku ini konyol dan menyedihkan. Aku tak
tahu sekarang dia bersekolah di mana. Jatuh cinta itu seperti terbang melayang
jauh. Lalu pasti kita akan mendarat ke tanah. Tergantung kita memilih untuk
jatuh terjerembab atau jatuh dengan selamat. Bagaimanapun juga jatuh cinta
adalah anugerah.