HOME OWNER FRIENDS STUFFS FOLLOW DBOARD NEWER OLDER

Cerpen - tema Fabel
Jumat, 23 November 2012 - Permalink - 0 Miku(s)


Rumah Impian Kela
Oleh Iqlima Wilda Faqiha Fauziah.


Siang hari ini, Kela si Kelelawar tidak tidur karena merasa jenuh dengan rumah lamanya yang berupa ranting-ranting pohon Beringin raksasa. Beringin itu tumbuh di dalam lubang tanah yang lebar, di atap bagian kanan lubang itu hanya ada beberapa celah panjang, sehingga sisi kiri lubang hanya tersiram sedikit sinar matahari. Disisi kiri itulah Kela berdiam, bertengger pada ranting pohon Beringin selama berbulan-bulan. Ya, Kela memang kelelawar yang masih belia, usianya baru lima bulan.
 
Selama masa hidupnya itu ia juga tidak pernah pergi jauh-jauh, setiap hari hanya tidur sambil bertengger dengan badan terbalik atau hanya terbang sebentar mengelilingi dahan pohon Beringin didekatnya untuk mempersingkat waktu hingga ibunya pulang membawa makanan. Kela merutuki nasibnya dengan cara memukuli daun didekat dahan tempat ia bertengger.
Krosak krosak krosak
KROSAK KROSAK KROSAK

Lawa si Kelelawar gendut yang sedang tertidur tiba-tiba terbangun akibat suara berisik daun. Lawa melihat sekeliling, dan matanya tertuju pada Kela yang asyik memukuli daun. Mata Lawa membulat.
“Hei! DIAM! Menganggu saja!” bentak Lawa kepada Kela.
“Eh, i i iyya..” Kela terkaget mendengar bentakan Lawa, sehingga menjawab dengan ketakutan.
Lawa yang puas dengan tanggapan Kela segera menutup matanya dan kembali melanjutkan tidur nyenyaknya. Tidak perlu menunggu lama, Lawa kelihatan benar-benar terlelap. Kela yang tahu keadaan itu segera mencaci maki Lawa.
“Huh! Dasar gendut! Setiap hari tidur dan makan saja kerjanya! Begitu saja marah!. Ah! Pohon ini benar-benar bukan tempat yang bagus untuk tinggal! Sudah membosankan, tetangganya juga menyebalkan!. Lebih baik aku pergi saja.”
Kela terbang meninggalkan rantingnya lalu memutari pohon beringin dan mencibir kepada Lawa yang sedang tidur, Kela terbang menuju celah disisi kanan, terlihat langit berwarna jingga dan sang mentari yang merupakan momok baginya sudah hampir tenggelam.
“Wah betul-betul waktu yang tepat!” Kela tersenyum lega dan terbang menuju arah timur.

Malam menyelimuti hutan belantara, titik-titik kecil bercahaya bermunculan di kain gelap angkasa. Kela yang sejak tadi terbang telah kelelahan dan merasa perlu istirahat, ia melihat sebuah pohon besar penuh dengan bunga-bunga yang berbentuk kantung, disitulah tempat yang ia pilih untuk beristirahat. Kela bertengger dan tertidur.
Awalnya, Kela nyaman-nyaman saja dengan pohon itu, tapi saat ia terlelap.
Rerrrr, Rrrrrer, Rerrrr
Kela tidak memperdulikan suara itu, tapi semakin lama, suara itu semakin berisik. Kela pun membuka matanya.
“HAA?!”
Kela menjerit dengan kencangnya, ia sangat kaget melihat bunga-bunga berbentuk kantung mengeluarkan cahaya. Ia mengedip-kedipkan matanya tanda tak percaya.

“Kenapa kelelawar?.” Tanya seekor burung kolibri yang tiba-tiba terbang didekatnya.
“K k kenapa bunga-bunga berbentuk kantung itu bercahaya?”
“Memang begitu adanya.”
“Bagaimana mungkin??”
“Bunga-bunga kantung itu adalah rumah para kunang-kunang, karena kunang-kunang itu bercahaya setiap malam dan mahkota bunga itu berwarna transparan maka bunga-bunga itu ikut kelihatan bercahaya, karena alasan tersebut bunga itu dinamakan bunga Lampion.”
“Tapi, tadi bunga-bunga Lampion itu tidak bercahaya.”
“Ya, karena para kunang-kunang belum pulang. Dan suara berisik tadi adalah kepakan sayap para kunang-kunang, tanda jika para kunang-kunang sudah pulang.”
Kela melihat disekitar bunga Lampion berterbangan hewan-hewan kecil bercahaya. Mungkin itu yang disebut Kunang-kunang.

“Terimakasih Pak telah memberitahuku tentang semua itu, tadi aku pikir ini adalah pohon penuh hantu. Siapa nama anda?”
“Hahahah, kau ini kelelawar kecil yang penuh imajinasi. Oh ya namaku Colin si Kolibri, dan kau sendiri, siapa namamu nak?, baru kali ini aku melihat kelelawar kecil terbang sendirian.”
“Namaku Kela, aku ingin mencari rumah baru.”
“Ha? Kenapa? Lalu bagaimana dengan orangtuamu?.”
Blarr! Kepala Kela bak disambar petir. Kela baru sadar jika ia belum minta izin pada orangtuanya. Ia lupa karena saking inginnya mencari rumah baru dan sebal kepada Lawa. Kini ia berniat pulang
“ehmm tidak apa, Pak Colin aku minta pamit, aku harus pulang sekarang juga. Mataku mulai perih melihat cahaya para kunang-kunang, aku tidak tahan jika berlama-lama disini.” Kela minta pamit dan segera terbang pergi.
Dari kejauhan tampak Pak Colin melambaikan sayapnya dan lamat-lamat terdengar suara Pak Colin dari jauh.
“Hati-hati Kela! Berjalan sendirian di malam hari bagi seekor kelelawar kecil sepertimu sangat berbahaya!”
Kela agak merinding setelah mendengar nasihat Pak Colin dari kejauhan, tapi ia tidak gentar dan tetap melanjutkan perjalanannya.
Beberapa jam kemudian...
Kela hanya terbang berputar-putar ia sangat bingung dan takut, ia tidak tahu jalan pulang dan hanya sendirian di tengah hutan rimba yang gelap. Beruntung, ia memiliki penglihatan yang tajam walaupun keadaan disekitarnya sangat gelap.
“Bagaimana ini? Aku benar-benar tidak tahu jalan pulang...”
Tiba-tiba Kela melihat sebuah jaring besar berwarna putih.
“Wah! Apa ini? Aku belum pernah melihat jaring sebesar ini, sungguh indah.”
Tanpa sengaja, sayap Kela menyentuh jaring itu karena terkagum, tapi jaring itu sangat lengket! Sayap Kela tidak dapat terlepas dan tetap menempel! Berkali-kali Kela mencoba melepaskan sayapnya dari jaring itu tapi nahas! Tetap tidak bisa!
“Uhuh kenapa jaring ini lengket sekali, aku lelah...”
Kela pun kelelahan dan pasrah akan nasibnya. Tiba-tiba seekor hewan sebesar buah mangga berwarna hitam dan berkaki delapan menghampiri Kela. Tidak hanya itu, setelah Kela perhatikan lebih dekat ternyata hewan itu juga memiliki enam buah mata dan dari mulutnya keluar benang-benang putih penyusun jaring! Membuat badan Kela bergidik ketakutan!

“Hahaha! Bagus sekali! Kali ini aku mendapat mangsa yang besar! Cukup untuk kebutuhanku selama berminggu-minggu!”
“K kau siapa? Apa maksudmu?”
“Aku Trala si Tarantula. Akhir-akhir ini jarang sekali ada mangsa yang terjerat jaringku, tapi hari ini sungguh keberuntungan besar karena mangsa sepertimu menempel pada jaringku!, kau akan jadi cadangan makanan yang lezat!”
“A aapa?!”
“Tenang saja kau akan aman!, tapi jika kau berontak sedikit saja makan akan kugigit! Dan bisa beracunku akan membunuhmu!”
Trala semakin mendekat dan terus memutari tubuh Kela. Ternyata Trala membungkus tubuh Kela dengan benang-benang putihnya. Itu membuat Kela sangat khawatir, tapi Kela tetap waspada, ia menunggu sampai Trala benar-benar pergi jauh, untung saja aku punya pendengaran yang tajam lega Kela dalam hati.
“Nah sudah selesai! Sebentar ya, aku pergi jangan coba-coba untuk melarikan diri! Semakin banyak tingkahmu! Semakin erat lilitannya!” Ujar Trala sambil berlalu pergi.
Hening...
Aha! Akhirnya kesempatan ini datang juga! Dasar tarantula bodoh, aku kan punya kuku yang tajam pada sayap, tangan dan kaki!
Kela segera melakukan aksinya!
Srett sreet sret..
Perlahan tapi pasti, jaring pembungkus tubuh Kela teriris dan terbuka lebar. Tapi ini sangat lengket, Kela jadi khawatir jikalau Trala datang tiba-tiba.
Oiya! Lumuri saja dengan ludahku agar tidak lengket!
Duh duh! duh! Kela meludahi jaring pembungkus dirinya.
Yap! Jaring itu kini sudah tidak lengket dan sudah koyak dengan irisan kuku Kela!
Bwuuur!
Dalam sekejap Kela terbang meninggalkan jaring tarantula Trala yang jahat. Kela terbang begitu jauh, tapi ia sungguh kelelahan hingga tubuhnya tak kuat lagi dan..
Brukk! Kela kelelahan dan tubuhnya jatuh ke tanah. Tubuhnya benar-benar lemas karena terbang terlalu lama dan belum makan.
“T t tolong... to.. long..”
Bwuuur! Kela merasa jika tubuhnya dicengkeram kaki yang kuat.
“Tenang nak, kau akan baik-baik saja..” Hibur suara yang lamat-lamat terdengar oleh Kela.
Beberapa jam kemudian...
Kela membuka matanya, ia berada dalam lubang pohon yang asing!
“Wah syukurlah kau sudah bangun nak!, aku punya beberapa buah kesukaan bangsa kelelawar, ini makanlah..”
Nyamm nyamm Kela mengunyah buah Pepaya empuk yang dimasukkan ke mulutnya.
Perlahan-lahan tubuh Kela kembali sehat. Dan ternyata yang menolongnya barusan adalah Bu Kiku si burung Hantu.

“Terimakasih bu..”
“Iya, tidak masalah aku justru senang telah menyelamatkan seekor kelelawar kecil seperti dirimu.”
Bu Kiku lalu menceritakan jika bangsa kelelawar dan bangsa burung Hantu berteman baik. Bu Kiku juga menceritakan tentang nyamannya lubang rumahnya dan begitu sayangnya ia kepada telur-telurnya. Kela terkagum mendengar cerita Bu Kiku, tapi ia pun juga menceritakan perihal ia sampai tergeletak lemas di tengah hutan dengan lengkap. Bu Kiku sempat kaget mendengar cerita Kela.
“Ckckck kau ini kelelawar kecil yang pemberani sekaligus bandel, mari sekarang kuantar kau pulang.”

“Uwwa? Benarkah Bu Kiku?”
“Tentu, ayo cepat!”
Bu Kiku pun terbang dan Kela ikut terbang mengekor Bu Kiku. Dalam perjalanan, Bu Kiku sekali-sekali menoleh ke belakang untuk mengecek keberadaan Kela.
“Nah itu dia! Didalam lubang itulah rumahmu!”
“Terimakasih Bu Kiku, maukah engkau singgah sebentar kerumahku?”
“Maaf Kela aku harus segera pulang, aku harus segera menjaga telur-telurku. Sampai jumpa lagi!” Bu Kiku pun terbang melesat denga cepat. Kela melambaikan sayapnya dari kejauhan. Kela melihat langit, ternyata hari sudah pagi.
Kela menatap langit yang berwarna biru tua itu. Sekarang Kela memiliki pengalaman berharga, ia sangat bersyukur karena dapat kembali lagi ke rumah dengan selamat dan ternyata tempat yang paling nyaman dan aman di dunia ini adalah rumahnya sendiri, ya istilah kerennya Home sweet Home!. Rumah impianku adalah rumahku sendiri! Kata Kela dalam hati.

Kela pun terbang menuju pohon Beringin yang merupakan rumahnya. Kela tau ia akan dimarahi, tapi Kela tetap bahagia dan antusias karena dapat pulang ke rumah.
Beberapa saat kemudian..
“KELA!! Kau ini nakal sekali!! Bla bla bla...” terdengar suara bentakan amarah ibu Kela.
Sekali lagi, Kela hanya senyum-senyum saja saking bahagianya!
Ibu Kela yang tadinya marah kini bingung melihat tingkah Kela.
Hahaha! Dasar Kela!


Tamat

Cerpen ini aku buat sendiri, dan aku rasa penyuntingan bahasa serta tulisan belum sepenuhnya benar. Jadi, aku sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca. Terimakasih :)