HOME OWNER FRIENDS STUFFS FOLLOW DBOARD NEWER OLDER

Drama Islami
Sabtu, 16 Februari 2013 - Permalink - 2 Miku(s)


TULA PEMABUK BERAT
Karya : Rimadhani Mila Royani.
Penyunting : Iqlima Wilda F. F.

 

Tema Drama Islami                = Hukum Ghibah.
Pengenalan Tokoh                  =
Jono                 : Tokoh utama yang seorang pemabuk dan penjudi.
Putik                : Remaja putri SMA yang merupakan anak Bu Ilda.
Jennifer           : Teman sekaligus tetangga Putik dan anak Bu Dwi.
Bu Ilda             : Ibu Putik.
Bu Dwi             : Ibu Jennifer sekaligus tetangga Ibu Ilda.
Mpok Christy   : Wanita muda penjual sayuran keliling yang sering lewat disekitar gang rumah Putik.
Pak Ilham        : Ustadz masjid di daerah sekitar gang rumah Putik.
Polisi                : Satuan penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.


Putik berjalan santai di tengah jalan gang yang sepi, ya, memang sekarang Putik sedang berjalan menuju rumahnya yang terletak disekitar gang ini sepulang sekolah. Sesampainya di pertigaan jalan gang yang sempit. Putik melihat ada seorang lelaki berjalan sempoyongan dan kelihatan mabuk.

 
Jono                 : “Ning stasiun balapan Kutha Sala sing dadi kenangan koe karo aku.. (Di Stasiun Balapan Kota Solo yang menjadi kenangan antara kamu dan aku..) hahahahah. Eh eneng, nyanyi yok!” (bergerak linglung dan mencolek dagu Putik)
Putik                : “Eh dasar orang gak tau diri! Ngapain colek-colek! Uh! huhu Jigongnya bau minuman keras.. hueek” (Melotot lalu menutup hidung)
Jono                 : “Hahaha ikut mabuk sama saya yok.. atau maen kartu bareng, boleh kok”
Putik                : “Ih apaan..” (lari terbirit-birit)
Putik berlari ke rumah dengan muka yang ketakutan dan hampir menangis. Tanpa basa-basi, Putik segera membuka pintu dan menutupnya dengan keras lalu segera berlari menuju dapur.
Putik                : “Mama...” (sambil mengusap mata)
Bu Ilda             : “Ada apa sayang?”
Putik                : “Itu lho, humm, bang Jono jorok!”
Bu Ilda             : “Kenapa emangnya?”
Putik                : “Ih, tadi dia itu gangguin Putik ma sambil nyanyi gak jelas.. dan mulutnya bau minuman keras”
Bu Ilda             : “Haduh, dia itu kerjaannya gangguin cewek cantik aja” (mengedip-kedipkan mata)
Putik                : “Ma, seriusan, jangan puji Putik melulu donk..” (malu-malu kucing)
Bu Ilda             : “Ya udah, mama mau beli sayur dulu ya?, kamu nunggu di rumah aja”
Putik                : “Iya deh ma, tapi hati-hati ya kalo ketemu sama bang Jono”

Ada lagi seorang remaja seumuran Putik yang bernama Jennifer, sepertinya ia baru saja pulang dari sebuah aktivitas belanja sambil asyik melihat layar HP-nya. Ia juga melewati jalan gang yang beberapa waktu lalu dilewati Putik.
Jono                 : “Ya ampun,. Neng pajak dulu donk kalo mau lewat. Hp-nya itu lho kasih ke abang atau boleh juga temenin abang minum disini, berdua gitu, huahuahaha” (tertawa terbahak-bahak)
Jennifer           : “Haduh rese banget sih, pajak-pajak apaan juga? Mau HP? Beli donk, hari gini minta. Dasar! Oh iya satu lagi! Siapa juga yang mau nemenin abang-abang jelek macam lu. Gak level!!” (mimik muka jijik)
Jono                 : “Bocah cilik kurang ajar! Berani sama saya hah?!” (muka merah padam)
Jennifer           : “Udah ah.. aku gak ada waktu buat ngladenin abang-abang jelek kaya lu. Bye Bye! Cari yang laen aja ya, gue sih gak mau, sorry sorry aja!” (sambil lari)
Jono                 : “Awas aja kalo saya ketemu kamu lagi! Aku cium sekalian! Hahaha. Ke sana kemari membawa alamat, namun yang kutemui bukan dirimu. Woyo-woyo joss!” (berteriak lalu joget joget tidak jelas)
Jennifer berusaha berlari dengan sekencang mungkin karena saking takutnya dengan ancaman bang Jono yang ia dengar dari kejauhan, hingga ia akhirnya bertemu dengan mpok-mpok penjual sayur dan ia pun berhenti.
Mpok Christy   : “Sayur, sayur, SAYUURR!”
Bu Ilda             : “Sayur, mpok..” (melambaikan tangan dan menghampiri Mpok Christy)
Mpok Christy   : “Okey jeng”
Jennifer           : “hosh.. hosh.. hosh.., haduh..” (berlutut dan menyeka keringat)
Bu Ilda             : “Ada apa dik? Kok sampe segitunya kelihatan capek”
Bu Dwi             : “Ya ampun, nduk. Kamu ngopo sih?” (kaget dan melongo)
Jennifer           : “Ha? Hufft ibu, tadi aku diganggu bang Jono di pertigaan gang sana, dia itu minta-mnta pajak sambil nawari aku nemenin dia berduaan lagi. Risih banget aku ma!”
Mpok Christy   : “Ya ampun! Bang Jono tuh selalu aja meresahkan para warga disekitar sini, apalagi kalo sama cewe-cewe ABG kaya kamu itu Jen! Ckckck, keterlaluan..”
Bu Ilda             : “Iya bener tuh mpok!, tadi anak saya juga digituin jeng, si Putik itu lho!” (menepuk bahu Bu Dwi)
Bu Dwi : “Wis kerjaannya mabuk, judi lagi. Apa si Jono itu gak ada kerjaan lain??” (raut muka sebel)
Jennifer           : “dia tadi juga bilang kalau mau HP jeni, kaya mau merampas gitu..” (memasang muka sedih)
Bu Dwi             : “Kamu juga sih yang aneh-aneh pake gowo HP segala..”
Bu Ilda             : “Si Putik tadi bilang kalo mulutnya Jono bau minuman keras dia juga dalam keadaan nyanyi-nyanyi gak jelas gitu”
Mpok Christy   : “Untung saya masih muda, jadi setidaknya nanti masih ada yang ngerayu kaya si Jono itu, hehehe, becanda doank..”
Jennifer           : “Yeee! si mpok ih..” (Mengangkat alisnya)
Bu Dwi             : “Eh jeng, bukannya si Jono itu udah pernah ditangkep polisi yak? Kayaknya Pak Lurah juga pernah negur dia supaya ojo berlaku seperti itu. Eh, ternyata masih beraninya ngeyel juga dia..”
Bu Ilda             : “He’em, bener, bener tuh jeng!” (sambil mengangukkan kepala)
Pak Ilham        : “Ada apa sih ibu-ibu? Kok pada ribut, jangan gossip lho hukumnya sama saja seperti ghibah dan jelas dosa lagi” (tiba-tiba datang sambil tersenyum)
Mpok Christy   : “Eh,. Ada Pak Ilham, biasalah pak, ibu rumah tangga gitu, jadi ya tolong dimaklumi sedikit kalo terkadang lupa.. hehehe”
Jennifer           : “Saya belum jadi ibu rumah tangga lhoh mpok!”
Pak Ilham        : “Astaghfirullah.. Tuh kan.. apalagi ada anak kecilnya juga. ckckck” (menggeleng-geleng kepala)
Bu Ilda             : “Itu pak, ngomonging kelakuannya si Jono yang suka gangguin anak ABG, jadinya anak-anak ABG disekitar sini pada takut semua. Kasihan kan pak?”
Pak Ilham        : “Oh kalau begitu, itu berarti gak berdosa, hukumnya sih mubah atau diperbolehkan”
Bu Dwi             : “Emang apa bedanya sih pak? Bukane tetep wae dosa? Kan sama saja menggunjing..” (garuk-garuk kepala)
Pak Ilham        : “Betul, Bu. Tapi kita diperbolehkan ghibah itu jika untuk meminta nasehat atau fatwa, untuk memperingatkan kaum muslimin dari beberapa kejahatan dengan menceritakan kepada khalayak ramai tentang seseorang yang berbuat fasik seperti minum minuman keras, menyita harta orang lain secara paksa, memungut pajak liar dan perkara-perkara bathil yang lainnya.  Perbuatan ibu-ibu ini sama saja dengan ghibah tentang seseorang yang berbuat fasik seperti contohnya Jono” (menjawab dengan yakin dan tenang)
Mpok Christy   : “Berarti kita boleh begini ya, Pak?”
Pak Ilham        : “Iya, boleh saja kan hukumnya mubah”
Jennifer           : “Ghibah kan artinya menggunjing, membicarakan keburukan orang lain, contohnya apa saja ,pak?”
Pak Ilham        : “Seperti aib dalam agama, aib akibat perlakuannya sendiri dan masih banyak lagi..”
Bu Dwi             : “Matursuwun.. Makasih ya, pak”
Pak Ilham        : “Sama-sama.. kita sebagai sesama umat yang baik harus sebisa mungkin saling mengingatkan..”
Bu Ilda             : “Alhamdulillah ya! Untung ada Pak Ilham yang selalu mengingatkan kita”
Mpok Christy   : “Iya betul! Sesuatu banget! hehehe”
Sementara di pertigaan jalan gang, Jono masih berada disana. Bukannya puas setelah sekian kali menenggak minuman keras. Ia membuka lagi sebotol minuman keras yang ia taruh dalam tas kecil buluknya. Klekk.!. bunyi tutup botol miras dibuka. Dan Jono pun segera menegak miras tersebut.
Jono                 : Glekk,. Glekk, glekk... “mantap! Ngik! Mantrap betoel!!”
Wiiuuu,, wiiuuu,, wiiiuuu,,, bunyi sirine mobil polisi di ujung gang terdengar sangat keras. Dan beberapa pasukan polisi didalamnya segera keluar lalu mengejar Jono. Warga setempat merasa bingung dan tidak tahu-menahu tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Di rumah Putik...
Bu Ilda             : “Suara ribut-ribut apa sih itu??”
Putik                : “Putik juga gak tahu ma! Ayo kita lihat keluar..”
Sementara di rumah Jennifer...
Jennifer           : “Ibu! Ibu! Ibu!”
Bu Dwi             : “Ada apa tho ,nduk? Mbog nek ngomong ki ambegan disik! (kalau bicara itu ya sebaiknya ambil nafas dulu!)”
Jennifer           : “Jono, bu! Jono ternyata lagi didatengin polisi!”
Bu Dwi             : “Lho? kamu ngerti dari mana? Ojo mbuat-mbuat lho!”
Akhirnya semua warga disekitar gang tersebut keluar dari rumah dan melihat jika Jono sedang akan diborgol dan dikelilingi polisi. Jono yang kelihatan setengah sadar, tidak memperdulikan semua hal itu.
Jono                 : “Aa, ada apa ini? Saya tadi gak beli siomay, kok pedagang siomay pada nyasar disini?” (menunjuk-nunjuk muka polisi dengan linglung)
Polisi                : “Anda harus kami cekal atas kasus miras dan perjudian!. Silakan ikut kami! Cepat masuk mobil!” (memborgol tangan Jono sambil segera membimbing Jono untuk menuju mobil polisi di ujung gang)

~TAMAT~