Drama Islami
TULA PEMABUK BERAT
Karya : Rimadhani Mila Royani.
Penyunting : Iqlima Wilda F. F.
Tema
Drama Islami = Hukum Ghibah.
Pengenalan
Tokoh =
Jono : Tokoh utama yang seorang
pemabuk dan penjudi.
Putik : Remaja putri SMA yang
merupakan anak Bu Ilda.
Jennifer : Teman sekaligus tetangga Putik dan
anak Bu Dwi.
Bu
Ilda : Ibu Putik.
Bu
Dwi : Ibu Jennifer sekaligus
tetangga Ibu Ilda.
Mpok
Christy : Wanita muda penjual sayuran keliling
yang sering lewat disekitar gang rumah Putik.
Pak
Ilham : Ustadz masjid di daerah
sekitar gang rumah Putik.
Polisi :
Satuan penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Putik berjalan santai di tengah jalan gang yang sepi,
ya, memang sekarang Putik sedang berjalan menuju rumahnya yang terletak
disekitar gang ini sepulang sekolah. Sesampainya di pertigaan jalan gang yang
sempit. Putik melihat ada seorang lelaki berjalan sempoyongan dan kelihatan
mabuk.
Jono :
“Ning stasiun balapan Kutha Sala sing dadi kenangan koe karo aku.. (Di
Stasiun Balapan Kota Solo yang menjadi kenangan antara kamu dan aku..) hahahahah.
Eh eneng, nyanyi yok!” (bergerak linglung dan mencolek dagu Putik)
Putik :
“Eh dasar orang gak tau diri! Ngapain colek-colek! Uh! huhu Jigongnya bau
minuman keras.. hueek” (Melotot lalu menutup hidung)
Jono :
“Hahaha ikut mabuk sama saya yok.. atau maen kartu bareng, boleh kok”
Putik : “Ih apaan..” (lari
terbirit-birit)
Putik berlari ke rumah dengan muka yang ketakutan dan
hampir menangis. Tanpa basa-basi, Putik segera membuka pintu dan menutupnya
dengan keras lalu segera berlari menuju dapur.
Putik : “Mama...” (sambil mengusap
mata)
Bu
Ilda :
“Ada apa sayang?”
Putik : “Itu lho, humm, bang Jono
jorok!”
Bu
Ilda : “Kenapa emangnya?”
Putik : “Ih, tadi dia itu gangguin
Putik ma sambil nyanyi gak jelas.. dan mulutnya bau minuman keras”
Bu
Ilda : “Haduh, dia itu
kerjaannya gangguin cewek cantik aja” (mengedip-kedipkan mata)
Putik : “Ma, seriusan, jangan puji
Putik melulu donk..” (malu-malu kucing)
Bu
Ilda : “Ya udah, mama mau beli
sayur dulu ya?, kamu nunggu di rumah aja”
Putik : “Iya deh ma, tapi hati-hati ya
kalo ketemu sama bang Jono”
Ada lagi seorang remaja seumuran Putik yang bernama
Jennifer, sepertinya ia baru saja pulang dari sebuah aktivitas belanja sambil
asyik melihat layar HP-nya. Ia juga melewati jalan gang yang beberapa waktu
lalu dilewati Putik.
Jono : “Ya ampun,. Neng pajak dulu
donk kalo mau lewat. Hp-nya itu lho kasih ke abang atau boleh juga temenin
abang minum disini, berdua gitu, huahuahaha” (tertawa terbahak-bahak)
Jennifer : “Haduh rese banget sih, pajak-pajak
apaan juga? Mau HP? Beli donk, hari gini minta. Dasar! Oh iya satu lagi! Siapa
juga yang mau nemenin abang-abang jelek macam lu. Gak level!!” (mimik muka
jijik)
Jono : “Bocah cilik kurang ajar!
Berani sama saya hah?!” (muka merah padam)
Jennifer : “Udah ah.. aku gak ada waktu buat
ngladenin abang-abang jelek kaya lu. Bye Bye! Cari yang laen aja ya, gue sih
gak mau, sorry sorry aja!” (sambil lari)
Jono : “Awas aja kalo saya ketemu
kamu lagi! Aku cium sekalian! Hahaha. Ke sana kemari membawa alamat, namun yang
kutemui bukan dirimu. Woyo-woyo joss!” (berteriak lalu joget joget tidak
jelas)
Jennifer berusaha berlari dengan sekencang mungkin
karena saking takutnya dengan ancaman bang Jono yang ia dengar dari kejauhan,
hingga ia akhirnya bertemu dengan mpok-mpok penjual sayur dan ia pun berhenti.
Mpok
Christy : “Sayur, sayur, SAYUURR!”
Bu
Ilda : “Sayur, mpok..” (melambaikan
tangan dan menghampiri Mpok Christy)
Mpok
Christy : “Okey jeng”
Jennifer : “hosh.. hosh.. hosh..,
haduh..” (berlutut dan menyeka keringat)
Bu
Ilda : “Ada apa dik? Kok sampe
segitunya kelihatan capek”
Bu
Dwi : “Ya ampun, nduk. Kamu ngopo
sih?” (kaget dan melongo)
Jennifer : “Ha? Hufft ibu, tadi aku diganggu
bang Jono di pertigaan gang sana, dia itu minta-mnta pajak sambil nawari aku
nemenin dia berduaan lagi. Risih banget aku ma!”
Mpok
Christy : “Ya ampun! Bang Jono tuh
selalu aja meresahkan para warga disekitar sini, apalagi kalo sama cewe-cewe
ABG kaya kamu itu Jen! Ckckck, keterlaluan..”
Bu
Ilda :
“Iya bener tuh mpok!, tadi anak saya juga digituin jeng, si Putik itu lho!” (menepuk
bahu Bu Dwi)
Bu
Dwi : “Wis kerjaannya mabuk, judi lagi.
Apa si Jono itu gak ada kerjaan lain??” (raut muka sebel)
Jennifer : “dia tadi juga bilang kalau mau HP
jeni, kaya mau merampas gitu..” (memasang muka sedih)
Bu
Dwi :
“Kamu juga sih yang aneh-aneh pake gowo HP segala..”
Bu
Ilda : “Si Putik tadi bilang
kalo mulutnya Jono bau minuman keras dia juga dalam keadaan nyanyi-nyanyi gak
jelas gitu”
Mpok
Christy : “Untung saya masih muda, jadi
setidaknya nanti masih ada yang ngerayu kaya si Jono itu, hehehe, becanda
doank..”
Jennifer : “Yeee! si mpok ih..” (Mengangkat
alisnya)
Bu
Dwi : “Eh jeng, bukannya si
Jono itu udah pernah ditangkep polisi yak? Kayaknya Pak Lurah juga pernah negur
dia supaya ojo berlaku seperti itu. Eh, ternyata masih beraninya ngeyel juga
dia..”
Bu
Ilda : “He’em, bener, bener
tuh jeng!” (sambil mengangukkan kepala)
Pak
Ilham : “Ada apa sih ibu-ibu? Kok
pada ribut, jangan gossip lho hukumnya sama saja seperti ghibah dan jelas dosa
lagi” (tiba-tiba datang sambil tersenyum)
Mpok
Christy : “Eh,. Ada Pak Ilham, biasalah
pak, ibu rumah tangga gitu, jadi ya tolong dimaklumi sedikit kalo terkadang
lupa.. hehehe”
Jennifer : “Saya belum jadi ibu rumah tangga lhoh
mpok!”
Pak
Ilham : “Astaghfirullah.. Tuh kan..
apalagi ada anak kecilnya juga. ckckck” (menggeleng-geleng kepala)
Bu
Ilda : “Itu pak, ngomonging
kelakuannya si Jono yang suka gangguin anak ABG, jadinya anak-anak ABG
disekitar sini pada takut semua. Kasihan kan pak?”
Pak
Ilham : “Oh kalau begitu, itu
berarti gak berdosa, hukumnya sih mubah atau diperbolehkan”
Bu
Dwi : “Emang apa bedanya sih
pak? Bukane tetep wae dosa? Kan sama saja menggunjing..” (garuk-garuk
kepala)
Pak
Ilham : “Betul, Bu. Tapi kita diperbolehkan
ghibah itu jika untuk meminta nasehat atau fatwa, untuk memperingatkan kaum muslimin
dari beberapa kejahatan dengan menceritakan kepada khalayak ramai tentang
seseorang yang berbuat fasik seperti minum minuman keras, menyita harta orang
lain secara paksa, memungut pajak liar dan perkara-perkara bathil yang lainnya. Perbuatan ibu-ibu ini sama saja dengan ghibah
tentang seseorang yang berbuat fasik seperti contohnya Jono” (menjawab
dengan yakin dan tenang)
Mpok
Christy : “Berarti kita boleh begini ya,
Pak?”
Pak
Ilham : “Iya, boleh saja kan
hukumnya mubah”
Jennifer : “Ghibah kan artinya menggunjing,
membicarakan keburukan orang lain, contohnya apa saja ,pak?”
Pak
Ilham : “Seperti aib dalam agama,
aib akibat perlakuannya sendiri dan masih banyak lagi..”
Bu
Dwi : “Matursuwun.. Makasih
ya, pak”
Pak
Ilham : “Sama-sama.. kita sebagai
sesama umat yang baik harus sebisa mungkin saling mengingatkan..”
Bu
Ilda : “Alhamdulillah ya!
Untung ada Pak Ilham yang selalu mengingatkan kita”
Mpok
Christy : “Iya betul! Sesuatu banget!
hehehe”
Sementara di pertigaan jalan gang, Jono masih berada
disana. Bukannya puas setelah sekian kali menenggak minuman keras. Ia membuka
lagi sebotol minuman keras yang ia taruh dalam tas kecil buluknya. Klekk.!.
bunyi tutup botol miras dibuka. Dan Jono pun segera menegak miras tersebut.
Jono : Glekk,. Glekk, glekk...
“mantap! Ngik! Mantrap betoel!!”
Wiiuuu,, wiiuuu,, wiiiuuu,,, bunyi sirine mobil polisi di
ujung gang terdengar sangat keras. Dan beberapa pasukan polisi didalamnya
segera keluar lalu mengejar Jono. Warga setempat merasa bingung dan tidak tahu-menahu
tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Di
rumah Putik...
Bu
Ilda : “Suara ribut-ribut apa
sih itu??”
Putik : “Putik juga gak tahu ma! Ayo
kita lihat keluar..”
Sementara
di rumah Jennifer...
Jennifer : “Ibu! Ibu! Ibu!”
Bu
Dwi : “Ada apa tho ,nduk? Mbog
nek ngomong ki ambegan disik! (kalau bicara itu ya sebaiknya ambil nafas
dulu!)”
Jennifer : “Jono, bu! Jono ternyata lagi
didatengin polisi!”
Bu
Dwi : “Lho? kamu ngerti dari
mana? Ojo mbuat-mbuat lho!”
Akhirnya semua warga disekitar gang tersebut keluar
dari rumah dan melihat jika Jono sedang akan diborgol dan dikelilingi polisi.
Jono yang kelihatan setengah sadar, tidak memperdulikan semua hal itu.
Jono : “Aa, ada apa ini? Saya tadi
gak beli siomay, kok pedagang siomay pada nyasar disini?” (menunjuk-nunjuk
muka polisi dengan linglung)
Polisi : “Anda harus kami cekal atas
kasus miras dan perjudian!. Silakan ikut kami! Cepat masuk mobil!” (memborgol
tangan Jono sambil segera membimbing Jono untuk menuju mobil polisi di ujung
gang)
~TAMAT~